Cu adalah nama panggilan kecilku tapi sekarang aku sering di panggil
Cuprum atau orang Indonesia bilang Tembaga. Aku adalah unsur logam dari keluarga Emas
(Au) dan Perak (Ag), mereka adalah keluarga terdekatku. Aku tinggal di
nomor rumah 29 gang 4 blok 1B di kota sistem periodik unsur.
Aku akan
menceritakan pada kalian sedikit tentang sifat dan karakteristik aku yang biasa
kalian lihat. Aku biasanya berbentuk padatan berwarna kemerahan, agak lunak, dan
dapat ditempa. Aku mendapat peringkat kedua setelah perak (Ag) dalam kategori
konduktor panas dan listrik yang baik. Aku mempunyai keahlian yang orang lain
belum tentu memiliki apa yang aku miliki, salah satu keahlianku aku dapat
memantulkan cahaya merah dan jingga dan dapat menyerap frekuensi-frekuensi lain
dalam spektrum tampak. Massa atomku adalah adalah 63,54 dan densitasku adalah
8,92 gram/cm3. Aku akan melebur pada suhu 1083°C dan titik didihku
adalah 2570°C.
Aku memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2. Biasanya aku
sering ditemukan di alam dengan bilangan oksidasi +2, sedangkan dengan bilangan
oksidasi +1 aku jarang ditemukan, karena aku hanya stabil jika dalam bentuk
senyawa kompleks. Pada ion Cu+ struktur elektroniknya adalah [Ar] 3d10.
Akan tetapi, pada umumnya membentuk ion Cu2+ yang memiliki struktur
[Ar] 3d9. Aku termasuk logam transisi karena ion Cu2+
memiliki tingkat orbital d yang tidak terisi penuh.
Reaksi ion tembaga(II) dalam larutan. Ion yang paling sederhana
dalam bentuk tembaga dalam larutan adalah ion berwarna biru
heksaaquotembaga(II) – [Cu(H2O)6]2+. Reaksi
ion hekasaquotembaga(II) dengan ion hidroksida. Ion hidroksida (dari,
katakanlah, larutan natrium hidroksida) menggantikan ion hidrogen dari ligan
air dan kemudian melekat pada ion tembaga. Setalah ion hidrogen dihilangkan
dari dua molekul air, kamu akan memperoleh kompleks tidak bermuatan – kompleks
netral. Kompleks ini tidak larut dalam air dan terbentuk endapan. Pada tabung
reaksi, perubahan warna yang terjadi adalah:
Reaksi ion
heksaaquotembaga(II) dengan larutan amonia Amonia dapat berperan sebagai basa
maupun ligan. Dengan jumlah amonia yang sedikit, ion hidrogen dihilangkan
dengan pasti seperti pada kasus ion hidrogen menghasilkan kompleks netral. Endapan
yang terbentuk akan melarut jika ditambahkan amonia berlebih.
Sifat kimia tembaga(I) terbatas pada reaksi yang melibatkan ion
tembaga(I) yang sederhana dalam larutan. Berikut adalah satu contoh yang baik
mengenai disproporsionasi – suatu reaksi dimana sesuatu mengalami oksidasi dan
reduksi sendiri. Ion tembaga(I) dalam larutan terdisproporsi menghasilkan ion
tembaga(II) dan endapan tembaga. Reaksinya adalah: semua percobaan untuk
menghasilkan senyawa tembaga(I) yang sederhana dalam larutan dapat dilakukan. Sebagai
contoh, jika kamu mereaksikan tembaga(I) oksida dengan asam sulfat encer panas,
kamu mungkin akan mengira akan memperoleh larutan tembaga(I) sulfat dan
dihasilkan air. Pada faktanya kamu akan memperoleh endapan coklat tembaga dan
larutan biru tembaga(II) sulfat karena reaksi disproporsionasi.
Pembentukan kompleks-kompleks tembaga(I) (bisa juga dengan air sebagai
ligannya) juga menstabilkan tingkat oksidasi tembaga(I). Sebagai contoh, antara
[Cu(NH3)2]+ and [CuCl2]-
merupakan kompleks tembaga(I) yang tidak terjadi disproporsionasi. Kompleks
yang mengandung klor terbentuk jika tembaga(I) oksida dilarutkan dalam asam
klorida pekat. Kamu dapat menduga bahwa hal ini terjadi dalam dua tahap.
Pertama, kamu akan memperoleh tembaga(I) klorida yang terbentuk: Tetapi dengan
adanya ion klorida yang berelebih dari HCl, reaksi ini memberikan kestabilan,
kompleks tembaga(I) terlarut. Kamu dapat memperoleh endapan putih tembaga(I)
klorida (seperti yang disebutkan diatas) dengan menambahkan air ke dalam
larutan. Reaksi ini merupakan kebalikan dari reaksi tanpa kelebihan ion klorida.
Aku adalah
unsur yang relatif tidak reaktif sehingga aku tahan terhadap korosi. Pada udara yang lembab
permukaan aku
ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik
dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
Pada kondisi yang istimewa yakni pada
suhu sekitar 300°C, aku
dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada
suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 ÂșC, aku akan terbentuk menjadi tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah. Aku
dan beberapa bentuk persenyawaanku, seperti CuO3, Cu(OH)2,
dan Cu(CN)2, tidak dapat larut dalam air dingin atau air panas
tetapi dapat dilarutkan dengan asam. Tetapi aku sendiri dapat dilarutkan dalam
senyawa asam sulfat (H2SO4) pekat panas.
Aku tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia
oleh adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
Aku yang panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan
belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi
dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan
tembaga(II) klorida.
Di alam, aku terdapat dalam bentuk bebas maupun dalam
bentuk senyawa-senyawa, dan terdapat dalam bentuk biji tembaga seperti
kalkopirit (CuFeS2), kuprit (Cu2O), kalkosit (Cu2S),
dan malasit (Cu2(OH)2CO3). Dalam badan
perairan laut, aku dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3,
CuOH.
Aku sangat penting dalam kehidupan, ditemukan dalam senyawa
sebagai terusi, CuSO4.5H2O yang berperan sebagai
fungisida (membunuh jamur). Selain itu dalam bidang
industri, yaitu sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo; sebagai
bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal; digunakan
untuk menambah kekuatan dan kekerasan mata uang dan perkakas – perkakas yang
terbuat dari emas dan perak. Aku juga banyak digunakan dalam industri cat,
baterai elektroda, sebagai pencegah pertumbuhan lumut, turunan senyawa – senyawa
karbonat banyak digunakan sebagai pigmen dan pewarna kuningan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar