Sabtu, 05 Desember 2015

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

                                                                                                       
A.    Hari, Tanggal Percobaan : Selasa, 03 November 2015
B.     Tujuan Percobaan :
1.    Menentukan koefisien I2 dalam sistem H2O-CCl4
2.    Membandingkan distribusi I2 dalam H2O-CCl4

C.    Prosedur Percobaan
Larutan  jenuh I2 dalam H2O dan I2 dalam H2O-CCl4 dimasukkan ke dalam 2 corong pisah yang berbeda. Dimana pada corong pisah 1, jumlah larutan I2 sebanyak 12,5 mL dan H2O sebanyak 50 mL,  sedangkan  pada corong pisah 2 jumlah larutan I2 sebanyak 12,5 mL ; CCl4 sebanyak 50 mL dan H2O sebanyak 50 mL.  Setelah itu, kedua corong pisah tersebut ditutup. Kemudian dikocok (setiap satu menit kocok satu menit berhenti), lalu selama 3-5 menit dibiarkan dahulu. Pada corong pisah 1, cairan lapisan bawah dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer serta sisakan sedikit pada corong. Kemudian labu Erlenmeyer ditutup dan diberi etiket. Pada corong pisah 2 dilakukan cara yang sama seperti pada corong 1. Setelah itu, cuplikan diambil sebanyak  3 mL lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi KI 0,1 M sebanyak 5 mL, kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 M. Ketika cairan berubah warna menjadi kuning terang, lalu ditambahkan indikator amilum sebanyak 5 tetes, kemudian dikocok hingga warna biru menjadi hilang dan titrasi dilakukan secara duplo. Setelah itu, cairan lapisan atas pada corong pisah 1 dan 2 yang tersisa dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian cuplikan diambil sebanyak 5 mL lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi KI 0,1 M sebanyak 5 mL, kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,01 M dengan cara yang sama. Setelah itu diamati dan dicatat hasil pengamatannya.

D.    Data Pengamatan
Lapisan I2 dalam CCl4 (lapisan bawah)
Lapisan I2 dalam H2O (lapisan atas)
Volume lapisan
Corong no 1
Volume lapisan
Corong no 2
Volume lapisan
Corong no 1
Corong no 2
Skala Na2S2O3 0,1 M (mL)
Skala Na2S2O3 0,1 M (mL)
Skala Na2S2O3 0,01 M (mL)
Skala Na2S2O3 0,01 M (mL)
Awal
akhir
selisih
awal
Akhir
selisih
awal
akhir
selisih
awal
akhir
selisih
3 mL
30
37,5
7,8
5 mL
39
41,2
2,2
5 mL
32,5
33,5
1
24
25,5
1,5
3 mL
23
30,7
7,7
5 mL
43
45,4
2,4
5 mL
39
40
1




E.     Perhitungan



·         Corong  No 1 Lapisan I2 dalam CCl4 (Lapisan Bawah)
Diketahui: M Na2S2O3 = 0,1 M, V Na2S2O3 = 7,75 mL, VI2= 3 mL
Ditanyakan: MI2?
Jawab: MI2. VI2 = MNa2S2O3 . V Na2S2O3
     MI2 = = 0,258 M

·         Corong No 1 Lapisan I2 dalam H2O (Lapisan atas)
Diketahui: MNa2S2O3 = 0,01 M, VNa2S2O3= 1 mL, VI2= 5 mL
Ditanyakan: MI2?
Jawab: MI2. VI2 = MNa2S2O3 . VNa2S2O3
     MI2 =  = 0,002 M

Kd1 =  =  = 0,007 
·         Corong No 2 Lapisan I2 dalam CCl4 (Lapisan Bawah)
Diketahui: M Na2S2O3 = 0,01 M, V Na2S2O3 = 2,3 mL, VI2= 5 mL
Ditanyakan: MI2?
Jawab: MI2. VI2 = MNa2S2O3 . V Na2S2O3
     MI2 = = 0,046 M

·         Corong No 2 Lapisan I2 dalam H2O (Lapisan atas)
Diketahui: MNa2S2O3 = 0,01 M, VNa2S2O3= 1,5  mL, VI2= 5 mL
Ditanyakan: MI2?
Jawab: MI2. VI2 = MNa2S2O3 . V Na2S2O3
     MI2 = = 0,003 M

Kd2 =  =  = 0,652 



F.     Pembahasan
Pada percobaan penentuan koefisien distribusi, dilakukan dengan cara larutan jenuh I2 dalam H2O dan larutan jenuh I2 dalam CCl4 ditambahkan dengan H2O. Kemudian dikocok agar I2 terdistribusi dengan maksimal ke CCl4 dan ai. Fungsi pengocokan yaitu mempercepat terjadinya distribusi yang disebabkan karena tumbukan-tumbukan antar partikel campuran yang juga cepat. Setelah pengocokan, larutan didiamkan sampai terbentuk dua fase lalu dipisahkan antara lapisan atas dan lapisan bawahnya. Menurut teori, kloroform memiliki berat jenis 1,49 g/mL sedangkan air memiliki berat jenis 1,00 g/mL, sehingga adanya perbedaan kepolaran antara air dan CCl4 dimana air bersifat polar sedangkan CCl4 bersifat nonpolar sehingga terbentuk dua lapisan, dimana pada lapisan bawah merupakan lapisan iod dalam CCl4 sedangkan lapisan atas adalah iod dalam air. Lalu kedua lapisan dipisahkan dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 M (untuk lapisan atas Na2S2O3 0,01 M)  serta mencatat volume Na2S2O3 yang dipakai hingga tercapai titik akhir titrasi. Pada saat mendekati titik akhir titrasi, ditambahkan indikator amilum agar mengetahui titik akhir titrasi. Hal ini dapat diketahui dari perubahan warna yaitu dari biru menjadi bening. Amilum an iod dapat membentuk kompleks dan iod akan terlepas dari kompleksnya membentuk I- pada saat titik akhir titrasi. Penambahan indikator ini pada saat mendekati titik akhir titrasi karena untuk menghindari agar amilum tidak membungkus iod. Warna larutan yang berawal dari kuning terang, kemudian penambahan indikator menjadi biru dan setelah dititrasi kembali menjadi bening (warna biru hilang). Adapun persamaan reaksi pada percobaan ini adalah:
I2(aq) + 2Na2S2O3(aq)    2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
2S2O32-(aq) + I2(aq)  S4O62-(aq) + 2I(aq)
I2(aq) + amilum     iod-amilum (biru)
Iod-amilum + S2O32-(aq)       warna hilang
Berdasarkan analisis data, diperoleh Kd10,007 dan Kd20,652. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa iodium lebih banyak terdistribusi dalam  CCl4 dibanding dalam air karena harga Kd-nya besar. Berdasarkan teori, jika harga Kd besar maka solut cenderung terdistribusi ke dalam pelarut organik dibanding dalam air . Hal ini disebabkan oleh sifat CCl4 yang hampir sama dengan sifat I2 dibanding dengan sifat air dengan I2. I2 bersifat semipolar, air bersifat polar dan CCl4 yang bersifat semipolar yang telah hampir nonpolar (sifat transisi antara semipolar dengan polar). Olehnya itu, I2 lebih cenderung terdistribusi ke dalam CCl4 dibanding ke dalam air.
G.    Kesimpulan
1.         Harga koefisien I2 dalam sistem H2O-CCl4 diperoleh Kd1 = 0,007 dan Kd2 = 0,652.
2.          I2 lebih cenderung terdistribusi ke dalam CCl4 dibanding ke dalam air.
3.         I2 dan CCl4 bersifat semipolar, sedangkan air bersifat polar.

H.    Daftar Pustaka
·         Rahmawati, Risa. Tim Praktikum Kimia Fisika. Panduan Praktikum Kimia Fisika I . Bandung : Prodi Pendidikan Kimia Uin Sunan Gunung Djati Bandung
·         Ijang, Rahman. Sri Mulyani. Kimia Fisika I. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

·         Dogra dan dogra. 2001. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta : Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar