A.
Hari,
Tanggal Percobaan : Selasa, 03 November 2015
B.
Tujuan
Percobaan :
1. Menentukan
koefisien I2 dalam sistem H2O-CCl4
2. Membandingkan
distribusi I2 dalam H2O-CCl4
C.
Prosedur
Percobaan
Larutan jenuh I2 dalam H2O dan I2
dalam H2O-CCl4 dimasukkan ke dalam 2 corong pisah yang
berbeda. Dimana pada corong pisah 1, jumlah larutan I2 sebanyak 12,5
mL dan H2O sebanyak 50 mL,
sedangkan pada corong pisah 2 jumlah
larutan I2 sebanyak 12,5 mL ; CCl4 sebanyak 50 mL dan H2O
sebanyak 50 mL. Setelah itu, kedua
corong pisah tersebut ditutup. Kemudian dikocok (setiap satu menit kocok satu
menit berhenti), lalu selama 3-5 menit dibiarkan dahulu. Pada corong pisah 1, cairan
lapisan bawah dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer serta sisakan
sedikit pada corong. Kemudian labu Erlenmeyer ditutup dan diberi etiket. Pada
corong pisah 2 dilakukan cara yang sama seperti pada corong 1. Setelah itu,
cuplikan diambil sebanyak 3 mL lalu
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi KI 0,1 M sebanyak 5 mL, kemudian
dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 M. Ketika cairan
berubah warna menjadi kuning terang, lalu ditambahkan indikator amilum sebanyak
5 tetes, kemudian dikocok hingga warna biru menjadi hilang dan titrasi
dilakukan secara duplo. Setelah itu, cairan lapisan atas pada corong pisah 1
dan 2 yang tersisa dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian cuplikan
diambil sebanyak 5 mL lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang telah
berisi KI 0,1 M sebanyak 5 mL, kemudian dititrasi dengan Na2S2O3
0,01 M dengan cara yang sama. Setelah itu diamati dan dicatat hasil
pengamatannya.
D.
Data
Pengamatan
Lapisan
I2 dalam CCl4 (lapisan bawah)
|
Lapisan
I2 dalam H2O (lapisan atas)
|
|||||||||||||
Volume
lapisan
|
Corong
no 1
|
Volume
lapisan
|
Corong
no 2
|
Volume
lapisan
|
Corong
no 1
|
Corong
no 2
|
||||||||
Skala
Na2S2O3 0,1 M (mL)
|
Skala
Na2S2O3 0,1 M (mL)
|
Skala
Na2S2O3 0,01 M (mL)
|
Skala
Na2S2O3 0,01 M (mL)
|
|||||||||||
Awal
|
akhir
|
selisih
|
awal
|
Akhir
|
selisih
|
awal
|
akhir
|
selisih
|
awal
|
akhir
|
selisih
|
|||
3
mL
|
30
|
37,5
|
7,8
|
5
mL
|
39
|
41,2
|
2,2
|
5
mL
|
32,5
|
33,5
|
1
|
24
|
25,5
|
1,5
|
3
mL
|
23
|
30,7
|
7,7
|
5
mL
|
43
|
45,4
|
2,4
|
5
mL
|
39
|
40
|
1
|
|
|
|
E.
Perhitungan
·
Corong
No 1 Lapisan I2 dalam CCl4 (Lapisan Bawah)
Diketahui:
M Na2S2O3 = 0,1 M, V Na2S2O3
= 7,75 mL, VI2= 3 mL
Ditanyakan:
MI2?
Jawab:
MI2. VI2 = MNa2S2O3 . V
Na2S2O3
MI2 = = 0,258 M
·
Corong
No 1 Lapisan I2 dalam H2O
(Lapisan atas)
Diketahui:
MNa2S2O3 = 0,01 M, VNa2S2O3=
1 mL, VI2= 5 mL
Ditanyakan:
MI2?
Jawab:
MI2.
VI2 = MNa2S2O3 . VNa2S2O3
MI2 = = 0,002 M
Kd1
= = = 0,007
·
Corong
No 2 Lapisan I2 dalam CCl4
(Lapisan Bawah)
Diketahui:
M Na2S2O3 = 0,01 M, V Na2S2O3
= 2,3 mL, VI2= 5 mL
Ditanyakan:
MI2?
Jawab:
MI2. VI2 = MNa2S2O3 . V
Na2S2O3
MI2 = = 0,046 M
·
Corong
No 2 Lapisan I2 dalam H2O
(Lapisan atas)
Diketahui:
MNa2S2O3 = 0,01 M, VNa2S2O3=
1,5 mL, VI2= 5 mL
Ditanyakan:
MI2?
Jawab:
MI2.
VI2 = MNa2S2O3 . V Na2S2O3
MI2 = = 0,003 M
Kd2
= = = 0,652
F.
Pembahasan
Pada percobaan penentuan
koefisien distribusi, dilakukan dengan cara larutan jenuh I2 dalam H2O
dan larutan jenuh I2 dalam CCl4 ditambahkan dengan H2O.
Kemudian dikocok agar I2 terdistribusi dengan maksimal ke CCl4
dan ai. Fungsi pengocokan yaitu mempercepat terjadinya distribusi yang
disebabkan karena tumbukan-tumbukan antar partikel campuran yang juga cepat.
Setelah pengocokan, larutan didiamkan sampai terbentuk dua fase lalu dipisahkan
antara lapisan atas dan lapisan bawahnya. Menurut teori, kloroform memiliki
berat jenis 1,49 g/mL sedangkan air memiliki berat jenis 1,00 g/mL, sehingga adanya
perbedaan kepolaran antara air dan CCl4 dimana air bersifat polar
sedangkan CCl4 bersifat nonpolar sehingga terbentuk dua lapisan, dimana
pada lapisan bawah merupakan lapisan iod dalam CCl4 sedangkan
lapisan atas adalah iod dalam air. Lalu kedua lapisan dipisahkan dan dititrasi
dengan Na2S2O3 0,1 M (untuk lapisan atas Na2S2O3
0,01 M) serta mencatat volume Na2S2O3
yang dipakai hingga tercapai titik akhir titrasi. Pada saat mendekati titik
akhir titrasi, ditambahkan indikator amilum agar mengetahui titik akhir
titrasi. Hal ini dapat diketahui dari perubahan warna yaitu dari biru menjadi
bening. Amilum an iod dapat membentuk kompleks dan iod akan terlepas dari
kompleksnya membentuk I- pada saat titik akhir titrasi. Penambahan
indikator ini pada saat mendekati titik akhir titrasi karena untuk menghindari
agar amilum tidak membungkus iod. Warna larutan yang berawal dari kuning
terang, kemudian penambahan indikator menjadi biru dan setelah dititrasi
kembali menjadi bening (warna biru hilang). Adapun persamaan reaksi pada
percobaan ini adalah:
I2(aq) +
2Na2S2O3(aq)
2NaI(aq) + Na2S4O6(aq)
2S2O32-(aq)
+ I2(aq) S4O62-(aq)
+ 2I–(aq)
I2(aq) + amilum
iod-amilum (biru)
Iod-amilum + S2O32-(aq)
warna hilang
Berdasarkan
analisis data, diperoleh Kd1 = 0,007 dan Kd2 = 0,652. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa iodium lebih banyak terdistribusi dalam CCl4 dibanding dalam air karena
harga Kd-nya besar. Berdasarkan teori, jika harga Kd besar maka solut cenderung
terdistribusi ke dalam pelarut organik dibanding dalam air . Hal ini disebabkan
oleh sifat CCl4 yang hampir sama dengan sifat I2
dibanding dengan sifat air dengan I2. I2 bersifat
semipolar, air bersifat polar dan CCl4 yang bersifat semipolar yang
telah hampir nonpolar (sifat transisi antara semipolar dengan polar). Olehnya
itu, I2 lebih cenderung terdistribusi ke dalam CCl4
dibanding ke dalam air.
G. Kesimpulan
1.
Harga koefisien I2 dalam
sistem H2O-CCl4 diperoleh Kd1 = 0,007 dan Kd2 =
0,652.
2.
I2
lebih cenderung terdistribusi ke dalam CCl4 dibanding ke dalam air.
3.
I2 dan CCl4 bersifat semipolar,
sedangkan air bersifat polar.
H.
Daftar Pustaka
·
Rahmawati,
Risa. Tim Praktikum Kimia Fisika. Panduan Praktikum Kimia Fisika I . Bandung : Prodi Pendidikan
Kimia Uin Sunan Gunung Djati Bandung
·
Ijang,
Rahman. Sri Mulyani. Kimia Fisika I.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
·
Dogra
dan dogra. 2001. Kimia Fisik dan
Soal-soal. Jakarta : Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar